TUGAS PRAKARYA
MERINGKAS PRODUK KERAJINAN DARI BAHAN LUNAK BAGIAN DUA
1.
Unsur Estetika dan Ergonomis produk
Kerajinan dari Bahan Lunak
Pembuatan produk kerajinan harus memperhatikan unsur estetika dan
ergonomis.
a.
Unsur estetika
Unsur estetika sering kita kenal dengan istilah keindahan.
Keindahan adalah nilai-nilai estetis yang menyertai sebuah karya seni.
Nilai-nilai keindahan (estetik) atau keunikan karya seni memiliki
prinsip:kesatuan(unity),keselarasan(harmoni),keseimbangan(balance),dan
kontras(contrast) sehingga menimbulkan perasaan haru, nyaman, nikmat, bahagia,
agung, ataupun rasa senang.
b.
Unsur Ergonomis
Unsur Ergonomis karya kerajinan selalu dikaitkan dengan aspek
fungsi atau kegunaannya. Adapun unsure ergonomis karya kerajinan adalah sebagai
berikut.
1. Keamanan
(security) yaitu jaminan tentang keamanan orang menggunakan produk kerajinan
tersebut.
2. Kenyamanan
(comfortable), yaitu kenyaman apabila produk kerajinan tersebut
digunakan.
3. Keluwesan
(fleksibility), yaitu keluwesan penggunaan. Produk kerajinan adalah produk
terap atau pakai, yaitu produk kerajinan yang wujudnya sesuaian dengan
keggunaan atau terapannya.
2.
Motif Ragam Hias pada Produk
Kerajinan dari Bahan Lunak
Indonesia sangat kaya dengan keragaman produk kerajinan dengan
berbagai macam ragam hias yang tersebar keseluruh tanah air. Ragam hias
nusantara pada umumnya memiliki muatan nilai tradisi masing-masing.
Berbagai motif ragam hias yang dapat digunakan untuk menghias
karya kerajinan antara lain seperti berikut.
a.
Motif Realitis
Motif realis ialah motif yang dibuat berdasarkan bentuk-bentuk
nyata yang ada di alam sekitar seperti bentuk tumbuh-tumbuhan, bentuk hewan
atau binatang, bentuk batu-batuan, bentuk awan, matahari, bintang, bentuk
pemandangan alam.
b. Motif Geometris
Motif geometris ialah motif yang mempunyai bentuk teratur dan
dapat diukur menggunakan alat ukur. Contoh: bentuk segi empat, segitiga,
lingkaran, kerucut, dan silinder. Motif geometris merupakan motif tertua dalam
ragam hias karena sudah dikenal sejak zaman prasejarah. Motif geometris
berkembang dari bentuk titik, garis, atau bidang yang berulang dari yang
sederhana sampai dengan pola yang rumit. Hampir di seluruh wilayah Nusantara
ditemukan motif ini. Motif hias geometris antara lain meander, pilin, lereng,
banji, kawung,jlamprang, dan tumpal.
c. Motif Dekoratif
Pengertian dekoratif adalah menggambar dengan tujuan mengolah
suatu permukaan benda menjadi lebih indah. Gambar dekoratif berupa gambar
hiasan yang perwujudannya tampak rata, kesan ruang jarak jauh dekat atau gelap
terang tidak terlalu ditonjolkan.
Untuk memperoleh
objek gambar dekoratif, perlu dilakukan deformasi atau penstiliran alami.
Bentuk-bentuk objek di alam disederhanakan dan digayakan tanpa meninggalkan
bentuk aslinya. Misalnya, bunga, hewan, tumbuhan yang digayakan. Kesan tentang
bunga, hewan, tumbuhan harus masih ada pada motif itu. Berikut contoh motif
dekoratif.
d. Motif Abstrak
Motif abstrak
merupakan motif yang tidak dikenali kembali objek asal yang digambarkan atau
memang benar-benar abstrak karena tidak menggambarkan objek-objek yang terdapat
di alam maupun objek khayalan gubahan objek alam serta tidak menggunakan unsur
tulisan yang terbaca. Motif abstrak di sini menggunakan bentuk yang lebih
bebas, bukan geometris. Berikut ini contoh motif abstrak.
6. Teknik Pembuatan Produk Kerajinan dari Bahan Lunak
Ada beberapa teknik pembuatan produk kerajinan dari bahan lunak.
Teknik tersebut disesuaikan dengan bahan yang digunakan. Adapun teknik yang
dapat digunakan untuk membuat karya kerajinan dari bahan lunak antara lain
membentuk, menganyam, menenun, dan mengukir.
a. Membentuk
Teknik membentuk biasanya digunakan untuk
membuat karya kerajinan dari tanah liat. Macam-macam teknik membentuk antara lain seperti
berikut.
1) Teknik Coil (Lilit
Pilin)
Cara pembentukan
dengan tangan langsung seperti coil, lempengan atau pijat jari merupakan
teknik pembentukan tanah liat yang
bebas untuk membuat bentuk-bentuk yang diinginkan. Bentuknya tidak selalu
simetris. Teknik ini sering dipakai oleh para seniman dan perajin keramik.
2) Teknik Putar
Teknik pembentukan
dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang simetris (bulat,
silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering
dipakai oleh para perajin keramik. Perajin keramik tradisional biasanya
menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick
wheel). Para perajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan
bentuk-bentuk yang sama seperti gentong dan guci.
3) Teknik Cetak
Ada dua teknik pembentukan karya
kerajinan dari bahan lunak yaitu: sekali cetak (cire verdue), dan cetak berulang.
Teknik sekali cetak ialah teknik cetak yang menghasilkan sekali cetakan dan
tidak dapat diperbanyak. Teknik cetak berulang (bi valve), ialah teknik
mencetak yang dapat memproduksi karya
dengan jumlah yang banyak dengan bentuk dan
ukuran yang sama. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah gips, seperti untuk
cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk
dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi
massal, seperti alat alat rumah tangga: piring, cangkir, mangkok, dan gelas. dengan jumlah yang banyak dengan
bentuk dan ukuran yang sama. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah gips,
seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun
cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik
dengan produksi massal, seperti alat alat rumah tangga: piring, cangkir,
mangkok, dan gelas.
b. Menganyam
Teknik
menganyam dapat digunakan untuk pembuatan karya kerajinan dari bahan lunak
dengan karakteristik tertentu. Bahan baku yang digunakan untuk membuat karya
kerajinan dengan teknik menganyam ini berasal dari berbagai tumbuhan yang
diambil seratnya, seperti rotan, bambu, daun lontar, daun pandan, serat pohon,
pohon pisang, enceng gondok. Contoh karya kerajinan dengan teknik menganyam:
keranjang, tikar, topi, dan tas.
c. Menenun
Teknik menenun pada dasarnya hampir sama dengan teknik menganyam,
perbedaannya hanya pada alat yang digunakan. Untuk anyaman, kita cukup
melakukannya dengan tangan (manual) dan hampir tanpa menggunakan alat bantu,
sedangkan pada kerajinan menenun kita menggunakan alat yang disebut lungsin dan
pakan. Pada beberapa daerah di wilayah Nusantara terdapat kesamaan teknik namun
berbeda dalam ragam hiasnya. Hal inilah yang menjadi ciri khas dari suatu
daerah dengan daerah lain. Misalnya kain ulos dari Batak, Kain tapis dari
Lampung, kain torso dari Jepara, dan kain songket yang dibuat di Sumatra, Bali,
Kalimantan dan Sumbawa.
d. Membordir
Ketika
memakai pakaian, hal yang perlu diperhatikan selain mempertimbangkan aspek
kegunaan dan kenyamanan, perlu juga diperhatikan aspek keindahannnya. Salah
satu yang dapat ditonjolkan dari pakaian dan kebutuhan sandang lainnya adalah
hiasannya. Di samping batik, penerapan motif atau ragam hias pada pakaian dapat
juga diterapkan dengan bordir. Bordir merupakan hiasan dari benang pada kain.
Istilah lain yang hampir sama dengan bordir adalah sulam.
e. Mengukir
Teknik mengukir adalah kegiatan menggores,
memahat, dan menoreh pola pada permukaan benda yang diukir. Dilihat dari
jenisnya, ada beberapa jenis ukiran antara lain ukiran tembus (krawangan),
ukiran rendah, ukiran tinggi (timbul), dan ukiran utuh. Pada umumnya, teknik
mengukir diterapkan pada bahan kayu. Namun, teknik ini dapat pula diterapkan
pada bahan lunak seperti sabun padat dan lilin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar